.
.
Hidroponik menjadi salah satu metode paling rekomendasi untuk bercocok tanam secara mudah, apalagi bagi kalian yang kesulitan untuk menemukan lahan pertanian sendiri atau punya lahan yang terbatas. Cara budidaya hidroponik menjadi metode yang sedang tren dan semakin digemari oleh masyarakat.
Metode hidroponik cocok untuk menanam dalam lahan yang sempit. Bahkan, kalian bisa memulai budidaya menggunakan teknik hidroponik hanya dengan memanfaatkan lahan halaman depan rumah, atap rumah, atau lahan lainnya.
Baca Juga: Tertarik Menanam Jeruk Lemon dirumah? Ini Cara Agar Cepat Berbuah
Pertanian Sistem Hidroponik
Hidroponik adalah sistem budidaya pertanian tanpa menggunakan media tanah, sehingga hidroponik merupakan kegiatan budidaya yang dijalankan dengan menggunakan air sebagai medianya untuk pengganti tanah. Hidroponik juga dikenal dengan sebutan soilless culture yang artinya budidaya tanaman tanpa tanah.
Sistem dari budidaya hidroponik yaitu :
a) Memberikan bahan makanan dalam larutan nutrisi yang diperlukan tanaman dengan cara pencampuran pada media airnya.
b) Metode ini dapat dilakukan pada lahan atau ruang terbatas.
c) Tanaman hidroponik ini harus bebas pestisida sehingga tidak ada serangan hama dan penyakit.
Hidroponik merupakan salah satu cara bercocok tanam yang memanfaatkan air sebagai media nutrisi yang akan langsung diserap oleh tanaman sebagai penunjang tumbuhnya tanaman. Hidroponik dapat dilakukan di lahan yang terbatas diperkotaan. Nutrisi pada hidroponik diperoleh dengan mencampurkan formula cair A dan B, biasa disebut dengan pupuk AB Mix.
Jenis Sistem Hidroponik
1. Sistem wick
Metode wick merupakan metode hidroponik yang paling sederhana. Teknik ini menggunakan sumbu (kain flanel) untuk mengalirkan nutrisi pada akar tanaman. Sisem wick ini tanpa menggunakan pompa dan pengatur waktu, karena pengembangan dari sistem water culture. Sistem ini sangat direkomendasikan bagi yang ingin memulai menanam, terutama untuk tanaman sayuran.
2. Sistem NFT System (Nutrient Film Technique)
NFT adalah metode dimana air yang berisi dipompa ke nampan (talang, pipa pralon) tempat tumbuh tanaman dan mengalir diatas akar tanaman. Selain itu, pada sistem ini talang air sengaja dimiringkan sekitar 2-5 derajat. Air yang dialirkan akan kembali ke ember dan pompa akan membuat air naik kembali ke talang air dan begitu seterusnya.
3. Sistem DFT (Deep Flow Technique)
Sistem DFT merupakan jenis hidroponik yang larutan nutrisinya terus mengalir di sekitar akar tanaman. Pada sistem ini, air nantinya akan dialirkan dari bak nutrisi melalui pipa atau selokan. Nantinya, air tidak akan langsung mengalir melainkan akan menggenang terlebih dahulu sebelum nantinya mengalir secara otomatis apabila sudah melebihi batas yang ditentukan. Nantinya, air nutrisi tersebut akan dialirkan kembali ke bak dan begitu seterusnya. Selain itu pipa yang digunakan dibentuk sejajar semua.
4. Aeroponik
Sistem ini, tanaman ditumbukan pada udara yang lembab tanpa menggunakan tanah atau medium agregat (geoponik). Sistem aeroponik berbeda dengan hidroponik konvensional. Pada sistem ini, akar menggantung di udara dan disemprot air setiap beberapa menit. Sistem aeroponik membutuhkan pengatur waktu dengan durasi singkat yang menjalankan pompa. Tetapi karena air tetap digunakan untuk menyalurkan nutrisi, maka sistem ini juga dianggap sebagai salah satu tipe hidroponik.
Cara Pemberian Nutris Hidroponik
Pupuk yang biasanya digunakan yaitu pupuk ABmix, Selain itu, alat-alat yang dibutuhkan yaitu botol bekas air mineral, gelas ukur, TDS meter, dan sendok pengaduk. Sebaiknya pada botol bekas diberi label pupuk A dan pupuk B.
Pupuk kemasan kecil digunakan untuk membuat stok pupuk sebanyak masing-masing 500 ml. Pupuk A dilarutkan dalam botol, dengan cara penggunaanya yaitu tiap larutan nutrisinya memiliki perbandingan 5 ml pupuk A + 5 ml pupuk B + 1 liter air. Kebutuhan masing-masing tumbuhan berbeda, kalian dapat mengukur tingkat ppm dengan alat TDS meter.
Kelebihan Penanaman Hidroponik
Metode hidroponik memiliki beberapa keuntungan dibandingkan menanam secara konvensional di media tanah, diantaranya:
- Penggunaan lahan yang sederhana dan cocok untuk lahan sempit.
- Tanaman dapat tumbuh pesat dalam keadaan yang terawat.
- Perawatan tanaman menjadi lebih praktis, karena serangan hama lebih terkontrol
- Jika terdapat tanaman yang mati dapat lebih mudah diganti dengan tanaman yang baru.
- Kualitas tanaman lebih sehat karena tidak menggunakan pestisida atau pupuk kimia lain.
- Cukup terlindung dari air hujan, tanpa mengkhawatirkan kondisi cuaca.
- Produktivitas tanaman lebih tinggi dibanding penanaman konvensional.