Saving Seed: Cara Menyimpan Biji Tanaman untuk Musim Tanam Berikutnya

Infarm
16 March 2025
.
Saving Seed: Cara  Menyimpan Biji Tanaman untuk Musim Tanam Berikutnya
128
.

Saving seed atau menyimpan biji adalah praktik mengumpulkan dan menyimpan biji dari tanaman yang telah dipanen untuk digunakan kembali pada musim tanam berikutnya. Teknik ini sudah dilakukan oleh para petani sejak ribuan tahun lalu sebagai cara menjaga keberlanjutan pertanian, menghemat biaya pembelian benih, dan melestarikan varietas tanaman lokal. Dengan saving seed, kamu tidak hanya bisa berkebun dengan lebih ekonomis tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan.

Apa Itu Saving Seed?

Saving seed berarti mengambil biji dari tanaman yang telah matang sempurna, kemudian mengeringkan, menyimpan, dan menjaga biji tersebut agar tetap memiliki viabilitas (kemampuan tumbuh) untuk ditanam kembali di masa depan. Proses ini bisa diterapkan pada berbagai jenis tanaman, baik sayuran, buah-buahan, bunga, hingga tanaman herbal.

Metode ini sangat bermanfaat, terutama jika kamu memiliki tanaman dengan kualitas unggul atau rasa buah yang sangat disukai. Dengan menyimpan bijinya, kamu dapat memastikan bahwa karakteristik tanaman tersebut akan tetap ada di musim tanam berikutnya.

Keuntungan Melakukan Saving Seed

1. Hemat Biaya
Salah satu keuntungan utama saving seed adalah penghematan biaya. Daripada membeli bibit baru setiap musim, kamu bisa menggunakan biji hasil saving seed dari tanaman sebelumnya. Ini sangat berguna untuk tanaman sayuran cepat panen seperti cabai, tomat, kangkung, atau bayam.

2. Melestarikan Varietas Lokal
Dengan saving seed, kamu dapat melestarikan tanaman lokal atau varietas langka yang mungkin sulit ditemukan di pasaran. Ini juga membantu menjaga keanekaragaman hayati di kebunmu.

3. Meningkatkan Adaptasi Tanaman
Tanaman yang ditanam dari biji yang berasal dari lingkungan yang sama cenderung lebih mudah beradaptasi dengan kondisi tanah, cuaca, dan iklim setempat. Ini berarti tanaman tersebut memiliki peluang tumbuh lebih baik dan lebih produktif.

4. Mendukung Pertanian Berkelanjutan
Dengan saving seed, kamu berkontribusi pada konsep pertanian organik dan berkelanjutan, di mana siklus tanam menjadi lebih efisien dan minim limbah.

5. Memiliki Kontrol Penuh Terhadap Kualitas Tanaman
Kamu bisa memilih tanaman terbaik untuk diambil bijinya. Misal, tanaman dengan buah yang besar, rasa yang manis, atau tanaman yang tahan penyakit, sehingga musim berikutnya kamu bisa mendapatkan hasil yang serupa atau bahkan lebih baik.

Tanaman yang Cocok untuk Saving Seed

Beberapa tanaman yang bijinya mudah disimpan dan memiliki tingkat viabilitas yang tinggi antara lain:

  • Sayuran: Tomat, cabai, mentimun, bayam, kangkung, terong, dan labu.
  • Buah-buahan: Semangka, melon, blewah, dan pepaya.
  • Herbal: Basil, daun bawang, seledri, dan ketumbar.
  • Bunga: Marigold, zinnia, bunga matahari, dan cosmos.

Tanaman yang berasal dari open-pollinated seeds atau biji penyerbukan terbuka lebih cocok untuk saving seed dibandingkan dengan tanaman hibrida. Biji dari tanaman hibrida (F1 hybrid) biasanya tidak akan menghasilkan tanaman dengan karakteristik yang sama dengan induknya, sehingga hasil panennya mungkin tidak memuaskan.

Cara Melakukan Saving Seed dengan Benar

1. Memilih Tanaman Induk yang Berkualitas

Langkah pertama dalam saving seed adalah memilih tanaman induk yang sehat dan berkualitas. Pastikan tanaman tersebut memiliki karakteristik unggul, seperti buah yang besar, rasa yang enak, atau pertumbuhan yang kuat. Hindari memilih tanaman yang terkena hama atau penyakit, karena bijinya bisa membawa bibit penyakit tersebut ke musim tanam berikutnya.

2. Memanen Biji pada Waktu yang Tepat

Panen biji saat tanaman sudah mencapai kematangan sempurna. Misalnya, untuk tomat dan cabai, biji diambil dari buah yang sudah benar-benar matang (berwarna merah atau sesuai varietas). Sementara untuk sayuran berbiji kering seperti kacang panjang atau buncis, tunggu hingga polongnya mengering di pohon sebelum dipanen.

3. Membersihkan dan Mengeringkan Biji

Setelah dipanen, biji harus dibersihkan dari sisa daging buah atau kotoran. Untuk biji basah seperti tomat dan mentimun, biji bisa direndam dalam air untuk memisahkan biji yang bagus (tenggelam) dari biji yang kosong (mengapung). Setelah itu, biji harus dikeringkan di tempat yang teduh dan memiliki sirkulasi udara yang baik. Pastikan biji benar-benar kering untuk menghindari pembusukan selama penyimpanan.

4. Menyimpan Biji dengan Benar

Biji yang telah kering dapat disimpan dalam wadah kedap udara, seperti botol kaca, amplop kertas, atau kantong ziplock. Simpan biji di tempat yang sejuk, kering, dan gelap untuk menjaga viabilitasnya. Jangan lupa untuk memberi label pada setiap wadah dengan nama tanaman dan tanggal penyimpanan agar mudah digunakan di kemudian hari.

5. Menguji Viabilitas Biji Sebelum Ditanam

Sebelum menanam biji hasil saving seed, kamu bisa menguji viabilitasnya dengan cara:

  • Merendam biji dalam air selama 12–24 jam. Biji yang tenggelam biasanya masih bagus untuk ditanam.
  • Menyemai biji dalam kapas basah atau tisu, lalu simpan di tempat hangat dan lembap. Jika dalam 3–7 hari biji mulai berkecambah, berarti biji tersebut masih memiliki daya tumbuh yang baik.

Saving Seed sebagai Langkah Cerdas untuk Berkebun jadi lebih hemat

Saving seed bukan hanya sekadar cara menghemat biaya berkebun, tetapi juga merupakan langkah penting dalam mendukung pertanian organik dan keberlanjutan lingkungan. Dengan menyimpan biji sendiri, kamu bisa memiliki kontrol penuh atas kualitas tanaman yang ditanam, menjaga keberlanjutan varietas tanaman lokal, dan membantu mengurangi ketergantungan pada bibit komersial.

Dapatkan update artikel pilhan dan sharing tanaman setiap hari dari Infarm.id. Mari bergabung di Grup Komunitas Telegram “Berkebun Bersama Infarm”, caranya klik link https://t.me/berkebunbersamainfarm, kemudian join. Anda harus install aplikasi telegram terlebih dahulu di ponsel.

Artikel Trending