Perbedaan Buah Klimaterik dan Non Klimaterik, beserta contohnya

Infarm
26 November 2024
.
Perbedaan Buah Klimaterik dan Non Klimaterik, beserta contohnya
10203
.

Buah merupakan produk holtikultura yang memerlukan penanganan pasca panen agar kualitasnya tetap terjaga selama penyimpanan. Komoditas holtikultura setelah pasca panen masih terus terjadi proses metabolisme hingga kearah pembusukan. Proses tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas tiap produk. Penurunan kualitas sangat dihindari karena berdampak pada keberterimaan konsumen, daya saing produk, kandungan mutu/gizi, dan juga kerugian.

Mengapa Pemasakan Tiap Buah Berbeda ?

Buah dapat dikonsumsi setelah bagian dagingnya masak dan lunak. Namun, ketika buah belum sepenuhnya masak, akan memiliki rasa yang pahit atau masam dan tektur dagingnya keras. Proses pemasakan buah dapat terjadi karena pemecahan senyawa pectin dan pati, sehingga menimbulkan kelembutan dan rasa manis pada daging buah. Proses pematangan melibatkan serangkaian perubahan fisiologis dan biokimia dibawah kendali genetik. Berbagai jenis buah memiliki cara pematangan yang berbeda. Buah-buah tersebut dikelompokkan menjadi buah klimaterik dan nonklimaterik.

Baca Juga: Miracle Fruit, Si Buah Ajaib Merubah Rasa Masam Jadi Manis

Pengertian Buah Klimaterik

Buah klimaterik merupakan buah yang melanjutkan proses pemasakan setelah dipetik. Buah klimaterik akan semakin matang setelah dipanen, sehingga kebanyakan buah akan dipetik saat belum matang. Hal ini disebabkan karena buah klimaterik lebih banyak menghasilkan gas etilen yang bertanggung jawab pada pemasakan buah.

Peningkatan lonjakan laju respirasi dan produksi etilen yang cenderung meningkat secara bertahap setelah panen, sehingga buah akan terus mengalami proses pematangan. Biasanya setelah dipetik dari pohon buahnya harus melalui proses pemeraman, proses tersebut dilakukan dengan cara menggabungkan buah yang sudah matang dengan buah mentah dalam satu wadah. Gas etilen yang dihasilkan oleh buah matang akan menyebar kesemua sudut wadah sehingga buah mentah akan otomatis ikut matang.

Selain itu, pemeraman juga dapat dilakukan dengan menggunakan karbit. Sebenarnya cara pemeramannya sama dan lebih cepat, sehingga banyak dilakukan oleh pedagang buah. Setelah mengalami pemasakan sempurna, maka buah klimaterik akan mengalami pembusukan secara perlahan.

Contoh buah klimaterik diantaranya yaitu manggis, jambu, sirsak, melon, sawo, papaya, nangka, mangga, durian, dan pisang. Walaupun buah-buah tersebut perlu dipanen sebelum matang, waktu panennya pun tidak boleh sembarangan. Tidak boleh asal petik buah yang masih muda untuk, terdapat ciri khusus untuk menadai buah klimaterik layak dipanen. Seperti halnya buah papaya, yang dapat dipanen setelah ada warna merah pada ujung buah, maupun buah nangka dipanen setelah durinya melebar.

Pengertian Buah Non Klimaterik

Buah atau sayur non klimaterik adalah proses panennya dilakukan saat buah sudah matang dan tidak perlu lagi pemeraman agar bisa lebih matang. Buah non-klimaterik harus dipanen dengan perhitungan yang tepat, yaitu saat kondisi matang dan dalam keadaan baik. Hal ini bertujuan agar mempunyai kualitas tinggi, sehingga sampai ke tangan konsumen dalam keadaan baik.

Buah non klimaterik lebih sedikit menghasilkan gas etilen dan tidak memberikan respon terhadap etilen. Hal ini dapat disimpulkan bahwa meskipun buah non klimaterik terpapar oleh gas etilen dari buah yang matang, tetap saja buah tidak akan merespons hal tersebut.

Contoh buah non klimaterik diantaranya yaitu apel, jeruk salak, strawberry, nanas, rambutan, duku, dan belimbing. Kalian perlu mencermari tanda buah yang sudah masak, agar proses panen dilakukan pada waktu yang tepat. Seperti halnya buah strawberry  yang memiliki ciri berwarna merah saat sudah matang. Buah jeruk  dipanen saat kulitnya memiliki warna kulit hijau terang atau kuning, dan tekstur buahnya lunak.

Baca Juga: Subur dan Berbuah Lebat Tanam Strawberry di Daerah Panas

Mengapa Buah bisa mengalami pembusukan ?

Laju respirasi dan produksi etilen berhubungan erat dengan umur simpan suatu bahan pangan, laju respirasi yang tinggi dan peningkatan produksi etilen menyebabkan umur simpan buah yang pendek, sehingga buah klimaterik memiliki umur simpan yang lebih pendek dibanding buah non klimaterik

Respirasi menghasilkan panas yang menyebabkaan penurunan kualitas pada buah, seperti kehilangan air, pelayuan dan peningkatan jumlah mikroorganisme. Peningkatan panas juga memberi ruang ideal bagi pertumbuhan mikroorganisme pembusuk.

Artikel Trending