.
.
Di Indonesia, petani menjadi salah satu profesi yang vital karena menyokong ketahanan pangan. Namun, kondisi di lapangan menunjukkan bahwa mayoritas petani kita didominasi oleh usia tua. Bahkan, regenerasi petani menjadi masalah besar karena minimnya partisipasi generasi muda di sektor ini. Artikel ini akan mengulas data terkini, alasan anak muda malas bertani, serta dampaknya bagi masa depan pertanian Indonesia. manfaatnya untuk kesehatan dan keindahan lingkungan rumah kamu!
Mayoritas Petani Indonesia Berusia Tua
Menurut data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip dalam Sensus Pertanian 2023, mayoritas petani Indonesia berusia di atas 45 tahun, dan hanya sekitar 21,93% yang berusia 19–39 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa regenerasi petani berjalan lambat. Berikut adalah data terkini usia petani di Indonesia:
Tabel Usia Petani Indonesia (Sensus Pertanian 2023)
Kelompok Usia
|
Persentase
|
19–39 tahun
|
21,93%
|
40–54 tahun
|
35,32%
|
55 tahun ke atas
|
42,75%
|
Sumber: Badan Pusat Statistik (Sensus Pertanian 2023)
Grafik ini mempertegas bahwa sektor pertanian di Indonesia masih didominasi oleh petani berusia lanjut, yang rentan terhadap penurunan produktivitas.
Kenapa Anak Muda Malas Bertani?
Berikut adalah beberapa alasan utama mengapa generasi muda kurang tertarik menjadi petani:
- Gengsi dan Persepsi Sosial
Banyak anak muda menganggap profesi petani kurang prestisius. Mereka cenderung memandang bertani sebagai pekerjaan kasar yang tidak memberikan penghasilan tetap. Generasi muda sering lebih tertarik pada pekerjaan di sektor formal seperti perkantoran atau teknologi, yang dianggap lebih modern dan bergengsi.
- Pendapatan yang Tidak Menjanjikan
Ketidakpastian hasil panen dan fluktuasi harga menjadi penghalang besar bagi anak muda untuk memilih bertani. Banyak yang merasa sektor ini tidak memberikan jaminan pendapatan yang layak, apalagi ketika menghadapi risiko seperti gagal panen atau bencana alam.
- Kurangnya Akses Modal dan Lahan
Anak muda sering kali menghadapi kendala besar dalam mengakses modal dan lahan. Harga tanah yang tinggi dan minimnya dukungan finansial membuat banyak generasi muda memilih profesi lain yang lebih mudah dimulai.
- Minimnya Edukasi dan Teknologi
Kurangnya pelatihan dan penggunaan teknologi modern di sektor pertanian membuat anak muda merasa sektor ini tertinggal dibandingkan dengan bidang lain. Padahal, pertanian modern yang berbasis teknologi sebenarnya mampu meningkatkan efisiensi dan daya tarik.
- Perubahan Gaya Hidup
Gaya hidup generasi muda saat ini yang cenderung mengarah ke urbanisasi juga menjadi penghalang. Banyak anak muda yang lebih memilih tinggal dan bekerja di kota besar daripada mengembangkan potensi di desa.
Dampak Petani Didominasi Usia Tua
Regenerasi yang lambat di sektor pertanian membawa sejumlah dampak serius, seperti:
- Penurunan Produktivitas: Petani tua cenderung memiliki keterbatasan fisik, sehingga memengaruhi efisiensi kerja di ladang.
- Ketahanan Pangan Terancam: Jika jumlah petani terus menurun tanpa regenerasi, Indonesia bisa menghadapi krisis pangan di masa depan.
- Kurangnya Inovasi: Petani tua cenderung kurang familiar dengan teknologi modern, sehingga produktivitas sektor ini stagnan.
Solusi untuk Menarik Minat Anak Muda ke Dunia Pertanian
- Modernisasi Pertanian
Teknologi seperti drone, IoT (Internet of Things), dan aplikasi pertanian berbasis digital bisa menjadi daya tarik bagi generasi muda untuk terlibat di sektor ini. Dengan inovasi teknologi, bertani bisa menjadi lebih efisien dan menarik.
- Pendidikan dan Pelatihan
Program pelatihan yang menarik, seperti sekolah lapang atau workshop pertanian modern, perlu ditingkatkan. Ini memberikan gambaran bahwa bertani bisa menjadi profesi yang menjanjikan.
- Dukungan Finansial
Pemerintah dan lembaga keuangan perlu memberikan akses mudah ke modal, subsidi, atau program kredit khusus bagi anak muda yang ingin memulai usaha di bidang pertanian.
- Kampanye Sosial
Mengubah persepsi negatif tentang bertani melalui kampanye kreatif di media sosial bisa menjadi cara efektif untuk menarik perhatian generasi muda. Contohnya adalah memperkenalkan sosok petani muda yang sukses sebagai inspirasi.
Ini Solusi Biar Anak Muda Mau Bertani
Mayoritas petani Indonesia yang berusia tua menjadi tantangan besar bagi regenerasi sektor pertanian. Anak muda enggan bertani karena berbagai faktor seperti gengsi, pendapatan yang tidak stabil, dan kurangnya akses ke modal serta teknologi. Namun, dengan modernisasi, edukasi, dan dukungan finansial, generasi muda bisa dilibatkan kembali untuk memastikan keberlanjutan pertanian di Indonesia.
Jika perubahan dilakukan sekarang, masa depan pertanian Indonesia masih bisa cerah, dan generasi muda bisa menjadi tulang punggung ketahanan pangan nasional.
Dapatkan update artikel pilhan dan sharing tanaman setiap hari dari Infarm.id. Mari bergabung di Grup Komunitas Telegram “Berkebun Bersama Infarm”, caranya klik link https://t.me/berkebunbersamainfarm, kemudian join. Anda harus install aplikasi telegram terlebih dahulu di ponsel.