.
.
Seiring dengan peningkatan peradaban manusia, teknik budidaya tanaman juga berkembang menjadi berbagai sistem. Mulai dari sistem yang paling sederhana sampai sistem yang modern. Berbagai teknologi budidaya dikembangkan guna mencapai produktivitas yang diinginkan.
Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas pertanian yang berlahan sempit adalah dengan pola tanam tumpangsari. Tujuan dari sistem tanam tumpang sari adalah untuk mengoptimalkan penggunaan hara, air, dan sinar matahari seefisien mungkin untuk mendapatkan produksi maksimum.
Baca Juga: Budikdamber, Solusi Pertanian Lahan Sempit
Apa Itu Sistem Tumpang Sari?
Tumpangsari adalah bentuk pola tanam yang membudidayakan lebih dari satu jenis tanaman dalam satuan waktu tertentu. Pada umunya sistem tupangsari lebih menguntungkan dibandingkan sistem monokultur karena produktivitas lahan menjadi tinggi, jenis komoditas yang dihasilkan beragam, hemat dalam pemakaian sarana produksi dan resiko kegagalan dapat diperkecil
Prinsip Sistem Tumpangsari
Pada pola tanam tumpengsari terdapat prinsip yang harus diperhatikan yaitu tanaman Secara tumpangsari sebaiknya mempunyai umur atau periode pertumbuhan yang berbeda, mempunyai perbedaan kebutuhan terhadap faktor lingkungan seperti air, kelembapan, cahaya, dan unsur hara.
Salah satu contoh singkatnya yaitu tanaman jagung yang menjadi tanaman tumpang untuk kedelai saat jagung mengambil keuntungan dari kedelai sebagai sarinya. Daun kedelai yang rontok, akan menjadi humus dan menyuburkan jagung. Pada hal tersebut, kedelai sebagai sari memberi manfaat untuk jagung. Sebaliknya, tanaman jagung akan menjadi sari untuk kedelai saat tanaman ini berfungsi sebagai pelindung kedelai dari hama. Kedua tanaman ini harus saling bisa menjadi tumpang dan sari untuk satu sama lain.
Baca Juga: Sawah Portabel, Menanam Padi Dalam Pot
Jenis Tanaman Untuk Tumpangsari
Tidak semua jenis tanaman bisa digunakan sistem tumpangsari. Jenis tanaman yang digunakan pada tumpangsari harus memiliki pertumbuhan yang berbeda, bahkan jika memungkinkan dapat saling melengkapi. Supaya Pada umumnya tanaman musiman saja yang bisa dimanfaatkan dalam sistem tumpang sari diantaranya
- Tomat dengan cabai
- Jagung dengan tomat
- Jagung dengan kedelai
- Jagung dengan kacang tanah
- Jagung dengan kacang hijau
- Pepaya dengan kacang tanah
- Mentimun dengan cabai
- Bawang merah dengan cabai
- Tembakau dengan kubis
- Tembakau dengan cabai
Kelebihan dan Kekurangan Sistem Tumpangsari
Penanaman secara tumpangsari memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan tersebut diantaranya adalah:
1. Efesiensi tenaga lebih mudah dicapai karena persiapan tanam, pengerjaan tanah, pemeliharaan, pemupukan dan pemungutannya lebih mudah dilakukan.
2. Banyaknya tanaman menjadi mudah diawasi dengan mengatur jarak tanam diantara dan dibalik barisan.
3. Jenis tanaman dapat disesuikan dengan iklim, kesuburan dan tekstur tanah.
4. Resiko kegagalan panen berkurang.
5. Dapat memberikan produksi tinggi karena penggunaan tanah dan sinar matahari lebih efisien.
6. Lebih sedikit menimbulkan masalah pengendalian gulma, hama dan penyakit.
Sistem tumpangsari tidak hanya memiliki kelebihan namun mempunyai kelemahan diantaranya:
1. Persaingan dalam menyerap unsur hara antar tanaman pada sistem tumpangsari.
2. Pemilihan komoditas merupakan usaha yang tidak mudah karena diperlukan wawasan yang lebih luas.
3. Memerlukan tambahan biaya dan perlakuan karena harus memperhatikan ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari dan hama penyakit
Faktor keberhasilan Sistem Tumpangsari
Penerapan pola penanaman sistem tumpangsari sangat dipengaruhi oleh pengaturan jarak tanam dan pemilihan varietas tanaman. pengaturan jarak tanam merupakan salah satu cara untuk menciptakan faktorfaktor yang dibutuhkan tanaman dapat tersedia bagi setiap tanaman.
Perbedaan waktu tanam antara dua atau lebih jenis tanaman pada media tanam dapat mengurangi persaingan dalam pemanfaatan hara, ruang tumbuh dan air. Penundaan waktu tanam dari satu jenis tanaman yang ditumpangsarikan dimaksudkan agar saat pertumbuhan maksimum terjadi pada waktu yang tidak bersamaan. Hal ini, akan membatu dalam pencapaian potensi produksi dari kedua jenis tanaman yang ditumpangsarikan
Penanaman dengan tumpangsari dapat mengalami kegagalan jika tanaman yang satu hasilnya kurang baik, karena terserang penyakit atau harga yang sedang rendah. Pemilihan jenis tanaman yang tidak sesuai juga terkait dengan senyawa yang dikeluarkan oleh tanaman. Pada tanaman tertentu ada yang mengeluarkan alelopat yaitu senyawa yang dapat mengganggu pertumbuhan, sehingga tidak dapat memperoleh keuntungan dari hasil tanaman yang lainnya. Walalupun alelopati ini sebenarnya merupakan bentuk komunikasi antar tanaman, tanaman dengan mikroorganisme, namun komunikasi yang sering terjadi yaitu komunikasi yang bersifat negatif.